Selasa, 18 Mei 2010

penulisan ilmiah

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL ATAS AKTIVITAS PENJUALAN PADA PT. MARTINA BERTO DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PERIODE TAHUN 2010


SEMINAR PENULISAN ILMIAH

Diajukan guna melengkapi syarat-syarat untuk mencapai
gelar setara Sarjana Muda Jurusan Akuntansi Jenjang Strata Satu
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma



Disusun oleh :

Nama : Nina Untari
NPM : 20207786
Jurusan : Ekonomi Akuntansi
Pembimbing : Supiningtias














FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2010


LEMBAR PENGESAHAN





Judul PI : Analisis Audit Operasinal Atas Aktivitas Penjualan Pada PT. Martina Berto Dalam Rangka Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Periode Tahun 2010

Nama : Nina Untari
NPM : 20207786
NIRM :
Tanggal Sidang :
Tanggal Lulus








Menyetujui



Pembimbing Koordinator PI



( _______________ ) ( _______________ )




Ketua Jurusan Akuntansi



( _____________________ )





KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta Ridho Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini dengan judul “Analisis Audit Operasinal Atas Aktivitas Penjualan Pada PT. Martina Berto Dalam Rangka Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Periode Tahun 2010”. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah salah satu syarat untuk mencapai gelar setara Sarjana Muda Jurusan Akuntansi jenjang Strata Satu di Fakultas Ekonomi Gunadarma.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan serta dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sangat membantu penulis dalam membuat penulisan ilmiah ini. Oleh karena itu penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. E. S. Margianti,SE., M.M, Selaku Rektor Universitas Gunadarma
2. Bapak Toto Sugiharto S, Ir, M.Sc, Phd, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
3. Ibu Dr. Rr. Dharma Tintri, S.E., M.M, Selaku Ketua jurusan ekonomi
4. Ibu Supiningtias Selaku Dosen pembimbing dalam penyusunan penulisan ilmiah
5. Seganap pegawai kantor PT. Martina Berto khususnya untuk kak mesra yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan pengamatan dan wawancara
6. Ayah dan bunda tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan doa, semangat serta kasih sayangnya dengan tulus dan sabar, memberikan perhatian, dukungan serta memberikan dorongan moril dan meteriil sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini dengan baik
7. Sahabat-sahabatku ayu, dewi, tika, tiara yang ikut membantu dan mendukung dalam penulisan ini
8. Seluruh teman-temanku angkatan 2007 khususnya kelas 3EB04 untuk semangat dan kebersamaannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas PI ini

Dalam penulisan ilmiah ini penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulisan ilmiah ini dapat lebih baik lagi. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak jika terdapat ucapan atau tindakan yang kurang berkenan di hati selama penulisan ilmiah ini.
Semoga semua bantuan yang telah yang diberikan kepada penulis dalam menyusun penulisan ilmiah ini mendapat balasan dari Allah SWT . Penulisan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


Depok, maret 2010

Nina Untari



















ABSTRAK

Nina Untari.20207786
Analisis Audit Operasinal Atas aktivitas Penjualan Pada PT. Martina Berto Dalam Rangka Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Periode Tahun 2010
PI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Unniversitas Gunadarma, 2010
Kata Kunci : Audit Operasional, Fungsi Penjualan, Flow Chart
(v +)
Tujuan penulisan ilmiah ini untuk mengetahui pelaksanaan audit operasional pada system penjualan, menilai sejauh mana pengaruh audit operasional dalam mengidentifikasi kelemahan-kelemahan intern dan mengetahui bagaimana peranan laporan audit operasional terhadap kebijakan manajemen dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi penjualan.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara study lapangan yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara dengan membuat daftar koesioner yang dimuat dalam lampiran kepada pihak yang terkait PT. Martina Berto yang berlokasi di Jl. Pulo kambing II No.1 KIP Polu Gadung Jakarta Timur. Dan dalam study kepustakaan penulis mengambil dari dokumen-dokumen perusahaan dan buku-buku referensi yang berhubungan dengan ilmiah.
Dalam audit operasional terdiri dari tiga jenis audit yaitu audit fungsional, audit organisasi dan audit penugasan khusus. Audit operasional bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efktifitas perusahaan.
Untuk itu hasil pelaksanaan audit operasional atas fungsi penjualan pada PT. Martina Berto telah sesuai dengan prosedur dan kebijakan manajemen dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi penjualan.






DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vi
Daftar Lampiran vii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Metode Penelitian 3
1.6.1 Objek Kajian Penelitian 4
1.6.2 Data/Variabel 4
1.6.3 Metode Pengumpulan Data 4
1.6.3.1 Penelitian Lapangan 4
1.6.3.2 Metode Pustaka 5
1.6.4 Alat Analisis 5
BAB II LANDASAN TEORI 6
2.1 Kerangka Teori 6
2.1.1 Pengertian Audit Operasional 7
2.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Operasional 8
2.1.3 Jenis – jenis Audit Operasional 9
2.1.4 Manfaat dan Keterbatasan Audit Operasional 9
2.1.5 Pelaksanaan Audit Operasional 10
2.1.6 Tahap – tahap Audit Operasional 11
2.2 Hubungan Struktur Pengendalian Intern Dengan
Audit Operasional 15
2.3 Sistem Penjualan 17
2.3.1 Hakekat dan Tujuan System Penjualan 19
2.3.2 Audit Operasional Untuk Pengukuran
Ekonomis, Efisiensi dan Efektivitas penjualan 19
2.4 Kajian Penelitian sejenis 21
2.5 Alat analisis 21
BAB III PEMBAHASAN 27
3.1 Objek Penelitian 27
3.2 Data / Variabel Yang Digunakan 27
3.3 Metode Pengumpulan Data 27
3.4 Hipotesis 28
3.5 Alat Analisis Yang Digunakan 30
BAB IV PEMBAHASAN 31
4.1 Data dan Profil Objek Penelitian 31
4.2 Hasil Penelitian dan Analisis/Pembahasan
4.3 Rangkuman Hasil Penelitian
BAB V PEUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SIMBOL
LAMPIRAN






























DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 : Anggaran dan Realisasi Penjualan tahun 2009
Tabel 2 : Anggaran dan Realisasi Penjualan tahun 2010
Tabel 3 : Anggaran dan Realisasi Biaya Penjualan tahun 2009
Tabel 4 : Anggaran dan Realisasi Biaya Penjualan tahun 2010
























DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 :








































BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belekang Masalah
Memasuki perdagangan bebas, persaingan dunia usaha demikian ketat. Hal tersebut merupakan tantangan bagi Indonesia yang sedang mangalami keterpurukan di segala bidang khususnya di bidang ekonomi, saat ini Indonesia terus berjuang untuk terus memperbaiki keadaan ekonomi tersebut. Masalah yang timbul antara lain adalah bertambahnya jumlah penganguran karena lapangan pekerjaan yang semakin terbatas. Terbatasnya lapangan pekerjaan ini disebabkan antara lain karena perusahaan-perusahaan yang kurang dapat bertahan menghadapi kenaikan harga dan persaingan bisnis yang semakin ketat. Pembangunan ekonomi harus terus dilakukan dan mendapat perhatian utama karena mempunyai pengaruh besar dalam usaha mempertahankan stabilitas perekonomian di Indonesia.
Salah satu sector yang diharapkan oleh pemerintah untuk menompang kemajuan ekonomi adalah sector perdagangan. Hal ini diperlukan dalam rangka mempersiapkan diri menuju era perdagangan bebas dunia usaha. Saat ini semakin banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan disebabkan bidang perdagangan cukup memberikan prospek yang baik walaupun banyan dari mereka yang gagal dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
Banyak yang berpendapat bahwa kegagalan tersebut disababkan oleh keadaan ekonomi yang belum stabil, persainngan yang semakin ketat dan perkembangan teknologi yang sangat pesat, padahal sebagian besar kegagalan tersebut disebabkan perusahaan tidak mengetahui bagaimana cara untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain ditambah perusahaan tersebut tidak mengikuti perkembangan perdagangan dunia yang terjadi.


Keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang maksimal tidak terlepas dari adanya pengendalian yang efektif atas semua kegiatan yang ada dalam perusahaan, sebab itu perusahaan harus berusaha untuk menghindari adanya pemborosan dalam hal-hal yang dapat membawa kerugian bagi perusahaan.
Audit operasional sebagai bagian dari fungsi pengendalian merupakan suatu alat bagi manajemen untuk mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. Manajemen harus memperhatikan segala aspek dalam perusahaan terutama unsur-unsur yang dapat mempengaruhi penetapan laba rugi perasahaan. Salah satu elemen penting yang dapat mempengaruhi penetapan laba rugi perusahaan adalah penjualan, karena dengan adanya kegiatan penjualan memungkinkan tercipanya pendapatan yang selanjutnya setelah dikurangi dengan berbagai biaya operasi akan menciptakan laba dalam jangka panjang berguna unuk menjamin kontinuitas perusahaan atau rugi yang dalam jangka waktu tertentu dapat membuat perusahaan tidak dapat lagi melanjutkan usahanya.
Maka dengan adanya masalah tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penulisan ilmiah yang berkaitan dengan audit operasional dan mengambil judul :
“Analisis Audit Operasinal Atas Aktivitas Penjualan Pada PT. MARTINA BERTO Dalam Rangka Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Periode Tahun 2010”.

1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang penulis paparkan di atas maka penulis mencoba menguraikan pokok permasalahan sebagai berikut :
1) Bagaimana proses atau langkah-langkah pelaksanaan audit operasional sebagai aktivitas utama audit intern atas system penjualan?
2) Apakah prosedur penjualan pada perusahaan tersebut sudah efektif dan efisien?
3) Apakah elemen pengendalian manajemen tersebut sudah ada dan memadai, serta menunjang ekonomis, efektif dan efisien fungsi penjualan?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya pembahasan mengenai audit operasional, maka dalam penulisan ini hanya dibatasi pada audit operasional hanya pada system pengendalian intern atas aktivitas fungsi penjualan.

1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan diadakannya penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses atau langkah-langkah pelaksanaan audit operasional sebagai aktivitas utama audit intern atas system penjualan.
2. Untuk mengetahui prosedur penjualan pada perusahaan yang efektif dan efisien.
3. Untuk mengetahui elemen pengendalian manajemen perusahaan yang memadai sehingga dapat menunjang ekonomis, efektif dan efisien fungsi penjualan.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan suatu masukan dan pertimbangan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan pada penjualan.
2. Agar berguna bagi masyarakat luas pengetahuan tentang penjualan.
3. Bagi penulis adalah untuk menambah kepustakaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang audit yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Universitas Gunadarma dan dapat diterapkan di dunia kerja dengan terjun langsung kelapangan.
4. Untuk pembaca adalah sebagai dasar pembanding bagi pembaca yang akan mengadakan penelitian sejenis.

1.6 Metode Penelitian
Untuk memudahkan penulis dalam mengumpulkan data dan untuk menyusun penulisan ilmiah ini penulis menggunakan metode :
1.6.1 Objek Kajian Penelitian
Objek kajian penelitian adalah objek kajian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (suharmisi arikunto,2000:99). Adapun objek penelitian yang dikaji penulis adalah analisis audit operasional atas aktifitas penjualan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas yaitu pada :
PT. MARTINA BERTO tepatnya di Jl. Pulo kambing II No. 1 KIP Pulo Gadung Jakarta Timur.

1.6.2 Data / Variabel
Dalam penelitian ilmiah ini jenis data variabel yang digunakan yaitu:
a) Data Primer
Data ini bersumber dari objek penelitian terhadap perusahaan yang di teliti dengan melakukan survey langsung dan juga interview langsung pada PT. MARTINA BERTO
b) Data Sekunder
Data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan data yang telah diolah oleh pihak perusahaan berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan audit operasional pada penjualan.

1.6.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memudahkan penulis dalam mengumpulkan data dan untuk menyusun penulisan ilmiah ini penulis menggunakan metode :

1.6.3.1 Penelitian Lapangan (Field Research)
Riset ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada perusahaan melalui :

a. Dokumentasi
Yaitu mencari data kepada perusahaan secara langsung mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, laporan, agenda dan sebagainya.
b. Interview
Yaitu pengumpulan data dengan wawancara atau tanya jawab langsung pada perusahaan serta bagian-bagian yang terkait dengan tema penulisan. Interview ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh.
c. Observasi
Yaitu pengamatan lansung suatu objek yang akan diteliti dalam waktu singkat dan bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai objek penelitian.

1.6.3.2 Metode Pustaka
Dilakukan dengan cara mencari dan membaca sumber-sumber pustaka atau literature-literature yang ada hubungannya dengan materi penulisan. Metode ini sebagai pelengkap dalam penulisan dari penelitian lapangan yang dilakukan sebelumnya.

1.6.4 Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ilmiah ini yaitu:
a) Koesioner adalah pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada perusahaan yang bersangkutan
b) Flowchart (Bagan Alir Dokumen / Document Flowchart)














BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Audit Operesional
Menurut Mulyadi (2002:9), secara umum Auditing adalah suatu proses sistemetis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasilnya kepada yang pemakai yang berkepentingan.
Menurut Arens dan Loebbecke (1996:1), Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kreteria yang telah ditetapkan.
Audit operasional merupakan hasil perkembangan dari pemeriksaan intern yang memperluas ruang lingkup aktivitasnya keseluruh bidang atau lingkup operasi perusahaan, tidak selalu pada fungsi akuntansinya saja. Banyak istilah yang digunakan dalam audit operasional, menurut Sukrisno Agoes (1996:173) manajemen audit disebut juga operasional audit, functional audit, system audit. Pada dasarnya istilah-istilah di atas memiliki makna yang sama dengan audit operasional.
Audit operasional menurut Lawrence B. Sawyer (1986:113) memberikan devinisi :
“Operasional auditing is an independent appraisal of diverse operations and control, within on organization to determind wheter acceptable policies and procedures are followed established standards are mets recources are use efficiently and economically, and the organization objectivies are being achieve”.
Devinisi diatas dapat diartikan sebagai berikut :
“ Pemeriksaan operasional adalah suatu penilaian independent terhadap macam-macam operasi dan pengendalian, di dalam suatu organisasi untuk menentukan apakah kebijaksanaan dan prosedur yang sudah diterima diikuti standar yang telah ditetapkan dipenuhi dan sumber daya yang digunakan dengan efisien dan ekonomis, serta tujuan organisasi sudah tercapai ”
Menurut Sukrisno Agoes (1996:173) memberikan devinisi audit operasional adalah:
“ Audit Operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis ”
Dalam buku petunjuk pemeriksaan operasional yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, dikemukakan devinisi audit operasional sebagai berikut:
“ Pemeriksaan operasional adalah evaluasi yang bebas, selektif dan analitis atas suatu program atau fungsi dengan tujuan untuk memberikan saran-saran perbaikan kepada objek yang diperiksa ”
Dari beberapa devinisi audit operasional diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semua devinisi memberikan suatu pengertian yang kurang lebih sama, hanya diberikan tekanan yang berbeda. Dengan demikian menurut penulis audit operasional dapat didevinisikan sebagai berikut:
“ Suatu yang bebas, selektif dan analisis atas suatu fungsi, yang dilaksanakan oleh orang yang independen dengan tujuan untuk memberikan rekomendasi kepada manajemen supaya dalam melaksanakan fungsi dapat dilakukan efektif, efisien dan ekonomis ”.





2.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Operasional
Adapun tujuan audit operasional sukirno agoes (1996:173) adalah sebagai berikut:
1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan.
2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta dan lainya) yang memiliki perusahaan telah digunakan secara efisiensi dan ekonomis.
3. Untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objektiv) yang telah ditetapkan oleh top manajemen.
4. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top manajemen untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan struktur pengendalian intern perusahaan, dan prosedur operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomian dan efektifitas dari kegiatan operasi perusahaan.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik pengertian tujua audit operasional secara jelas yaitu membantu manajemen dengan cara memberikan rekomendasi perbaikan atas hal-hal seperti berikut ini:
a) Operasi yang sedang berjalan.
b) Operasi di masa mendatang agar lebih efisien, efektif dan ekonomis.
c) Kemungkinan / kesalahan di masa mendatang.
Adapun ruang lingkup audit operasional juga sangat berbeda dengan ruang llingkup audit keuangan. Perbadaan ini terletak padxa lebih luasnya ruang lingkup audit operasional di mana bukan hanya menyangkut ruang lingkup catatan akuntansinya saja, tetapi secara lebih luas menyangkut seluruh aspek kegiatan, keuangan, produksi, pemasaran, teknis, personalia dan aspek-aspek lain dari kegiatan yang berarti mencakup seluruh aspek operasi.




2.1.3 Jenis-jenis Audit Operasional
Menurut Alvin A. Arrens dan James K. Loebbecke (1996:832) audit operasional terbagi dalam 3 kategori, yaitu:
a. Audit Fungsional
Audit fungsional adalah audit yang berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih, dalam suatu organisasi. Kelebihan dari audit fungsional adalah kemungkinan adanya spesialisasi oleh auditor, sehingga mereka dapat menggunakan seluruh waktu mereka untuk memeriksa pada bidang tertentu dengan lebih efisien. Kelemahan dari audit fungsional ini adalah tidak dievaluasinya fungsi-fungsi yang berkaitan.
b. Audit Organisasional
Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit ini adalah bagaimana efisiensi dan efekifitasnya fungsi-fungsi dalam berinteraksi.
c. Audit Penugasan Khusus
Penugasan audit dan penugasan khusus timbul atas permintaan manajemen, terdapat variasi yang luas terhadap audit ini, misalnya untuk mengetahui sebab-sebab suatu System Elektronic Data Processing (EDP), yang tidak efektif, penyelidikan kemungkinan adanya kecurangan dalam devisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.

2.1.4 Manfaat dan Keterbatasan Audit Operasional
Menurut Supriyono dan Haryono Yusuf (1995:22), audit operasional memberikan manfaat sebagai berikut:
a) Mengidentifikasikan tujuan, kebijakan, sasaran, peraturan, prosedur dan struktur organisasi yang belum ditentukan sebelumnya.
b) Mengidentifikasikan kriteria pengukuran pencapaian tujuan organisasi dan penilaian prestasi manajemen .
c) Secara independent dan objektif menilai prestasi individual dan kebijakan unit organisasi tertentu.
d) Menetukan apakah organisasi mematuhi tujuan, kebijakan, sasaran, prosedur dan struktur organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
e) Menentukan efisiensi, efektifitas dan okonomis system perencanaan dan pengendalian manajemen.
f) Menentukan keandalan dan manfaat berbagai laporan manajemen
g) Menentukan masalah-masalah organisasi yang timbul dan jika mungkin menentukan penyebabnya.
h) Mengidentifikasikan kemacetan potensial yang mungkin terjadi di masa yang akan datang serta cara-cara untuk mengatasinya.
i) Mengidentifikasikan kesempatan potensial untuk meningkatkan laba.
j) Mengidentifikasikan alternative tindakan dalam berbagai bidang kegiatan.
k) Menyediakan saluran komunikasi tambahan antara manajemen pelaksanaan dengan manajemen puncak.
Meskipun audit operasional memiliki banyak manfaat, namun pemeriksaan ini juga memiliki keterbatasan karena tidak dapat menyelesaikan semua masalah yang timbul dalam organisasi. Ada 3 keterbatasan audit operasional menurut Supriyono dan HaryonoYusuf (1995:23), yaitu:
1. Pengetahuan pemeriksaan operasional
2. Waktu pemeriksaan.
3. Biaya pemeriksaan.

2.1.5 Pelaksanaan Audit Operasional
Menurut Alvin Arren dan James K. Loebbecke (1996:83), Audit operasional biasanya dilakukan oleh 3 pihak sebagai berikut:
1. Auditor Intern
Auditor intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan. Kelebihan auditor intern adalah mereka untuk perusahaan da mereka lebih banyak mendapat informasi mengenai perusahaan dan kegiatan operasinya. Hal ini sangat penting untuk audit operasional yang efektif.
2. Auditor Pemerintahan
Auditor pemerintahan di Indonesia dapat berupa Badan Pemeriksaan Keuangan (Bapeka), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral pada setiap departemen yang mempunyai tugas untuk mengadakan pengawasan terhadap kekayaan atau kecurangan Negara.
3. Akuntan Publik Terdaftar
Kantor akuntan public terdaftar bertanggung jawab atas audit bagi perusahaan public dan perusahaan lainya. Penggunaan laporan keuangan yang diaudit di Indonesia semakin banyak berkembangnya dunia usaha dan pasar modal.

2.1.6 Tahap – Tahap Audit Operasional
Agar pemeriksaan operasional dapat mencapai tujuannya, maka perlu disusun pemeriksaan operasional dapat digolongkan menjadi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pengumpulan dan evaluasi bukti dan tahap pelaporan serta tindak lanjut. Sedangkan menurut Supriyono tahap – tahap pemeriksaan operasional dapat digolongkan menjadi lima tahap, yaitu:

1. Tahap Pendahuluan
Agar pemeriksaan operasional dapat dilaksanakan dengan baik, maka pemeriksa harus memahami objek pemeriksanya. Pemahaman atas objek pemeriksaan dalam tahap pendahuluan ini meliputi: sifat objek pemeriksaan, hubungan pertanggungjawaban, tujuan, program, operasi dan kegiatan objek pemeriksaan, pelaksanaanya, sumber daya, struktur pengendalian dan penerapannya dalam praktek lingkungan pekerjaan, adapun tujuan dilakukannya persiapan pendahuluan adalah untuk menjamin bahwa periksa memahami lingkungan pemeriksaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang kemungkinan terdapat kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga dapat mengakibatkan tujuan objek pemeriksaan tidak tercapai.
Dalam persiapan pendahuluan juga harus diperhitungkan resiko yang kemungkinan kegagalan yang dihadapi oleh objek pemeriksaan dan aparat pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun factor-faktor yang menyebabkan tingginya tingkat resiko yang akan dihadapi antara lain : pengendalian yang lemah, kerumitan dan mutu system informasi manajemen, perubahan di dalam objek pemeriksaan serta sifat transaksi yang berkaitan dengan fungsi yang diperiksa.

2. Tahap Penelitian Lapangan
Dalam tahap ini dapat digunakan kuisioner pemeriksaan operasional, sehingga diperoleh pengetahuan yang cukup atas kegiatan unit organisasi yang diperiksa, dapat diidentifikasi masalah unit organisasi dan memutuskan pemusatan usaha-usaha pemeriksaan.

3. Tahap Pengembangan Program Pemeriksaan
Penyusunan program pemeriksaan dalam bentuk dokumen tertulis sangat penting karena memberikan manfaat untuk:
a. Perencanaan pemeriksaan.
b. Menyediakan pedoman untuk pengumpulan dan pengevaluasian bukti pemeriksaan.
c. Serta menunjukan langkah terinci untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti pemeriksaan yang cukup dan kompeten dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan secara efisien namun efektif.

4. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan pemerikasaan meliputi semua langkah-langkah yang ada dalam langkah pemeriksaan untuk memperoleh dan menganalisis buku, menarik kesimpulan pemeriksaan dan menyusun rekomendasi. Dalam tahap ini pemariksa juga dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang khusus, sebab-sebab serta masalh yang ditimbulkan dan mengembangkan rekomendasi perbaikan. Jadi proses yang terpenting adalah dalam tahap ini adalah proses pengenbangan temuan dimana diketahui kondisi yang terjadi, criteria yang seharusnya terjadi, sebab kondisi yang ada menyimpang dari kriteria dan akibatnya. Dimana setip lagkah yang ada pada program pemeriksaan dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan.
Menurut Profesor Soemardjo Tjitrosidojo ada beberapa hal / masalah yang ada dapat memerlukan perhatian khusus dalam tahap-tahap penemuan fakta dan analisa yaitu tujuan dan kebijakan organisasi, struktur organisasi, manajemen dan para pegawai operasi, jasa yang diberikan, fasilitas / peralatan, hubungan dengan organisasi / pihak lain, factor – factor ektern (seperti pasar, kompetisi), system pengendalian operasi dan administrative, system dan prosedur operasi, penggunaan dan pengamanan sumber daya, produktivitas peralatan.
Sedapat mungkin pemerintah mengukur aktivitas yang dipelajari dengan menggunakan kriteria yang wajar, relevan, objektif (tidak berat sebelah) untuk mendukung kesimpulan penilaian rekomendasi. Criteri pengukuran dapat diberikan oleh pihak yang memberikan penugasan atau apabila tidak ada pemeriksa operasional mengembangkan criterianya sendiri terlebih dahulu mendiskusikan criteria pengukuran sebelum pelaksanaan dan digunakan sebagai suatu dasar bagi evaluasi suatu aktivitas tertentu.
Teknik pengumpulan bukti pemeriksaan operasional yang dapat dilakukan dengan cara:
a) Wawancara, ini merupakan suatu cara yang langsung untuk mengumpulkan informasi. Sering kali pemeriksa justru mendapatkan masukan (komentar, kesan, saran) yang berharga dalam menemukan kelemahan dan kesempatan bagi perbaikan.
b) Koesioner yaitu kumpulan pertanyaan secara tertulis untuk memperoleh pengetahuan mengenai struktur pengendalian internnya.
c) Observasi, ini membantu auditor untuk mengerti apakah berbagai kebijakan dan prosedur adalah memang perlu, sesuai dan efektif namun ekonomis.

5. Tahap Pelaporan dan Tindak Lanjut
Suatu laporan yang dihasilkan oleh suatu pemerikasa operasional dimaksudkan untuk memberikan suatu pemahaman tentang fakta atau alas an bagi kesimpulan dan rekomendasi. Laporan di alamatkan kepada yang memberikan penugasan. Walaupun laporan pemeriksaan berbeda dalam format namun suatu laporan pada umumnya memuat unsure-unsur sebagai berikut:
a) Tujuan pemeriksaan / penugasan dan ruang lingkup.
b) Menyajikan fakta-fakta mengenai temuan pemeriksaan secara tepat dan jelas.
c) Menyajikan rekomendasi praktis dan penyalesaian masalah unit organisasi yang diperiksa.
Fungsional pemerintah ( APFP) menyatakan antara lain bahwa:
a. Laporan pemeriksaan harus dibuat secara tertulis dan di sampaikan kepada pejabat yang berwenang sesuia dengan peraturan perundang-undangan.
b. Laporan pemeriksaan harus dibuat segera selah selesai pemeriksa dan di sampaikan kepada pejabat yang berkepentingan tepat pada waktunya.
c. Tiap laporan pemeriksaan harus memuat tujuan ruang lingkup dan sasaran pemeriksaan, disusun dengan baik, menyajikan informasi yang layak, serta pernyataan pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Pelaporan Pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah.
d. Setiap laporan hasil pemeriksaan operasional harus memuat temuan dan kesimpulan pemeriksaan secara obyektif serta rekomendasi yang konstruktif, lebih mengutamakan usaha perbaikan atau penyempurnaan daripada kritik, mengungkapkan hal-hal yang masih masalah yang belum dapat diselesaikan sampai berakhirnya pemeriksaan (bila ada), mengemukakan penjelasan penjabat objek yang di periksa mengenai hasil pemeriksaan.

2.2 Hubungan Struktur Pengendalian Intern dengan Audit Operasional
Dalam suatu organisasi yang besar dan komplek, mnajemen pucak suatu operasi tidak dapat secara langsung merencanakan dan mengendalikan sendiri semua kegiatan organisasinya. Manajemen perlu mendelegasikan semua wewenangnya kepada manajer yang lebih rendah. Manajemen memerlukan system untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatan organisasinya.
Struktur pengendalian intern organisasi menurut Mulyadi (1992:68) terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan yang memadai agar tujuan organisasi dapat dicapai. Kebijakan adalah pedoman yang dibuat oleh mamajemen untuk mencapai tujuan, sedangkan prosedur adalah langkah-lankah tertentu yang harus dijalankan dan tujuan adalah akhir suatu kegiatan / hasil yang di capai. Adapun unsur-unsur pokok struktur pengendalian intern oleh Mulyadi (1992:70-80) terdiri dari :
1) Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dam manajer perusahaan mengenai pentingnya pengendalian intern perusahaan. Unsur-unsurnya meliputi falsafah mamajemen dan gaya operasi, struktur organisasi, berfungnya Dewan Komisaris dalam mengawasi pengelolaan perusahaan oleh manajemen, metode pengendalian intern mulia dari penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran hingga pelaporan dan analisis, kebijakan dan prosedur kepegawaian dan kendaraan pengendalian.

2) Sistem Akuntansi
Diciptakan untuk mengidentifikasi, menggolongkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi suatu kesatuan usaha serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang kesatuan.
3) Prosedur Pengendalian
Suatu perusahaan membutuhkan kebijakan dan prosedur untuk menyediakan jaminan tambahan bahwa tujuan perusahaan akan tercapai. Kebijakan perusahaan tersebut pada umum nya digolongkan kepada kelompok-kelompok pemisahan tugas yang memadai, perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup, pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan, pengecekan secara independent atas kinerja.

Dapat disimpulkan bahwa system pengendalian yang baik memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:ntujuan dan strategi yang ditentukan secara seksama, struktur organisasi yang didasarkan atas desentralisasi, karyawan yang kompeten, berpengalaman yang terlatih, system penyusunan program yang baik, system penyusunan anggaran yang baik, penggunaan teknik-teknik untuk perencanaan dan pengendalian, system akuntansi yan baik, memberikan umpan yang baik dan dirancang untuk memjamin efisiensi, efektifitas dan ekonomis.
Dihubungkan dengan struktur pengendalian intern seperti di atas, pemeriksaan operasional memberikan jasa kepada manajemen dalam mengevaluasi secara obyektif setiap pengendalian yang mempengaruhi tingkat efisiensi, efektivitas dan kehematan pelaksanaan kegiatan organisasi dapat dikatakan efisiensi jika:
 Dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber atau beban yang lebih kecil untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu.
 Dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber dalam bidang tertentu untuk menghasilkan output yang maksimal.
Organisasi atau unit organisasi dikatakan efektif jika outputnya memberikan sumbangan yang benar terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Sedangkan kehematan adalah efisiensi dan efektifitas dalan penggunaan sumber-sumber organisasi untuk pencapaian tujuan dalam jangka panjang.
Agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan efisien, efektif dan hemat kegiatan tersebut perlu direncanakan, di koordinasi dan dikendalikan. Oleh karena itu, struktur pengendalian intern harus dirancang dan dilaksanakan oleh dan untuk manajemen. Sehingga apabila di temukan kelemahan-kelemahan dalam struktur pengendalian internnya dapat diberikan rekomendasi untuk memperbaikinya demi tercapainya peningkatan ekonomis, efisiensi di masa yang akan datang.

2.3 Sistem Penjualan
System penjualan merupakan aktivitas utama yang dilakukan oleh semua badan usaha karena hasil dari penjualan inilah yang akan menjamin kelangsungan hidup suatu badan usaha.
Menurut W. Gerald Cole ayng dikutip dalam Zaki Baridwan (1993:3), mendefinisikan system dari suatu kerangka prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu perusahaan. Sedangkan prosedur adalah urutan-urutan suatu pekerjaan kiran (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang terjadi.
Menurut Zaki Baridwan (1993:109), bagian yang terkait dalam prosedur penjualan adalah bagian penjualan, bagian gudang, bagian pengiriman, bagian biling dan bagian akuntansi. Fungsi dari berbagai bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagian Penjualan
Bertugas mengawasi semua order yang diterima, memeriksa surat order (surat perintah kerja) yang diterima dari langganan dan melengkapi informasi yang kurang berhubungan dengan spesifikasi dan tanggal pengiriman, menentukan tanggal pengiriman dan tempatnya setelah terlebih dahulu bernegosiasi dengan langganan, membuat surat perintah pengiriman (shipping orders) dan membuat catatan mengenai pengiriman barang.
2. Bagian Gudang
Hubungannya dengan penjualan, bagian gudang bertugas menyiapkan barang seperti yang tercantum dalam surat perintah pengiriman untuk di bungkus dan dikirim ke pembeli.
3. Bagian pengiriman
Bagiab pengiriman bertugas unuk mengirim pesanan (barang) pada pembeli. Pengiriman dilakukan setelah ada surat perintah kerja / surat perintah pengiriman dari bagian penjualan. Pengiriman dapat dilakukan oleh bagian pengiriman yang dimiliki oleh perusahaan sendiri atau dengan menggunakan jasa pengiriman pihak lain dari luar perusahaan.
4. Bagian Billing
Bagian ini mempunyai tugas membuat / menerbitkan faktur penjualan dan tembusannya, serta mengkalkulasi biaya pengiriman.
5. Bagian Akuntansi
Bagian yang melakukan catatan pendapatan dan biaya yang berkenaan dengan transaksi penjualan serta biaya-biaya lainnya seperti biaya asuransi kerugian.



2.3.1 Hakekat dan Tujuan Sistem Penjualan
Penjualan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan seluruh usaha pemasaran pada umumnya, yaitu meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan menawarkan kebutuhan yang memuaskan kepada pelanggan / pasar dalam jangka waktu yang panjang.

Tujuan dari suatu system penjualan :
a) Mencapai volume penjualan tertentu.
b) Mendapatkan laba tertentu.
c) Menunjang pertumbuhan perusahaan.
Untuk mencapai tujuan dari system penjualan tersebut maka perlu adanya kerjasama yang baik antara pelaksanaan penjualan dengan fungsionaris di dalam perusahaan tersebut. Namun demikian semua ini tetap menjadi tanggung jawab dari pimpinan, karena pimpinanlah yang harus mengukur seberapa besar sukses atau kegagalan yang dihadapinya. Dan untuk maksud tersebut maka pimpinan harus mengkoordinir semua fungsi dengan baik termasuk fungsi penjualan.
Dalam mencapai tujuan tersebut diatas pimpinan dapat mendelegasikan sebagai wewenangnya kepada para fungsionalis di bawahnya.

2.3.2 Audit Operasional Untuk Pengukuran Ekonomis, Efisiensi dan Efektivitas Penjualan
Menurut Soekrisno Agoes (1996:180), pengertian efektivitas, efisiensi dan ekonomis dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Efektivitas berarti bahwa produk akhir suatu kegiatan operasi telah mencapai tujuannya baik ditijau diri segi kualitas dan kuantitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan.
2) Efisiensi berarti bertindak dengan cara yang dapat meminimalisasi kerugian atau pemborosan sumber daya dalam melaksanakan atau menghasikan sesuatu.
3) Ekonomis berarti cara memperoleh suatu barang (hal) secara berhati-hati dan bijak (prudent) agar diperoleh hasil yang baik.
Untuk menilai prestasi suatu unit usaha diperlukan pembanding yaitu berupa criteria-criteria tertentu. Dalam pemeriksaan suatu operasional criteria dapat berasal dari ketentuan yang ditetapkan oleh manajemen puncak, apabila belum ada maka pemeriksa operasional dapat berasal dari ketentuan yang ditetapkan oleh manajemen puncak, apabila belum ada maka pemeriksa mendiskusikan dengan pemberi penugasan. Salah satu pengembangan criteria yang dapat digunakan berasal dari Pedoman Pemeriksaan Operasional BPKP. Disebutkan dalam buku tersebut bahwa terdapat berbagai jenis criteria (hal) berdasarkan sifat / sumbernya. Namu kesemuanya itu dapat digolongkan berdasarkan pendekatan criteria pemeriksaan menjadi dua criteria yaitu :

1) Kriteria Proses
Yaitu criteria yang digunakan untuk menilai / menguji proses suatu kegiatan yang pada umumnya berhubungnya dengan system, prosedur, pengendalian dan operasi obyek yang diperiksa.
Sesuai dengan tujuan, criteria ini harus dapat digunakan untuk menguji dan menjawab apakah :
a. System yang ditetapkan pada obyek pemeriksaan sudah memadai sehingga mendukung kelancaran kegiatan yang dilaksanakan oleh obyek pemeriksaan.
b. Prosedur yang ditetapkan pada obyek pemeriksaan sudah memadai, sederhana dan tidak terdapat tumpangan tindih tugas.
c. Pengendalian yang ditetapkan pada obyek pemeriksaan sudah memadai.
d. Operasi yang dilakukan oleh obyek pemeriksaan sudah memadai sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.

2) Kriteria Hasil
Yaitu criteria yang digunakan untuk menguji hasil dari suatu kegiatan, criteria ini berhubungan dengan efektivitas, efisiensi dan ekonomis.
Sesuai dengan fungsinya, criteria ini dapat digunakan untuk menguji dan menjawab apakah :
a) Kegiatan operasi pemeriksaan sudah dilaksanakan dengan efisien yaitu terdapat perbandingan yang memadai antara pengguna sumber daya yang tersedia dengan hasil yang dicapainya.
b) Kegiatan operasi sudah dilaksanakan dengan ekonomis, yaitu memilih sumberdaya dengan hati-hati dan harga yang paling rendah.
c) Kegiatan operasi sudah mencapai sasaran yang sudah ditetapkan dalam perencanaan kegiatan yang bersangkutan.
d) Kegiatan operasi sudah memenuhi syarat-syarat yang disebutkan dalam kontrak dengan pelanggan.

2.4 Kajian Penelitian Sejenis
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Catur Wahyu Pribadi, npm 20203213, angkatan 2006, jurusan akuntansi dengan judul analisis audit operasional atas aktivitas penjualan jasa pada PT. Repex Perdana Internasional (FEDEX) dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas periode tahun 2006 dengan kesimpulan masalah

2.5 Alat Analisis
Penulis menggunakan alat analisis yang berupa flow Chart

















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah mengenai analisis audit operasional atas aktivitas penjualan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada PT. MARTINA BERTO yaitu sebuah perusahaan yang bergerak dibidang kosmetik yang terletak di Jl. Pulo kambing II No. 1 KIP Pulo Gadung Jakarta Timur.

3.2 Data / Variabel Yang Digunakan
Data yang digunakan dalam penelitian ilmiah ini adalah :
a. Bagan struktur organisasidan uraian tugas
b. Contoh-contoh dokumen yang digunakan dalam aktivitas penjualan
c. Anggaran penjualan dan realisasi penjualan tahun 2009 dan 2010
d. Anggaran biaya penjualan dan realisasinya untuk tahun 2009 dan 2010

3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Penelitian lapangan (Field Reserch)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian untuk memperoleh data primer.
Data primer ini dapat diperoleh melalui :
a. Dokumentasi
Data yang didapat oleh penulis dari PT. Martina Berto secara langsung mengenai dokumen audit operasional dan pengendalian intern penjulan perusahaan.
b. Interview
Mengumpulkan data dengan cara wawancara atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian.

c. Observasi
Mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan terhadap objek yang di teliti. Data yang dihasilkan dari observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata mengenai pelaksanaan auditor dan pengendalian intern dalam penjualan dan dapat juga dijadikan alat untuk memvalidasi jawaban yang diperoleh dari jawaban kuesioner.
2. Metode Pustaka
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder, yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data dengan membaca sumber-sumber, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan melalui buku-buku yang menjadi buku wajib dalam mata kuliah yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Penelitian ini akan menjadi landasan teoritis bagi pelaksanaan analisis yang akan dilakukan.

3.4 Hipotesis
Motode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
1. Analisis deskriptif kualitatif
Penulis melakukan analisis mengenai informasi-informasi dan data yang berhasil di peroleh baik yang dilakukan dengan wawancara maupun observasi. Hipotesis yang dikemukakan dalam penulisan ilmia ini adalah audit operasional fungsi penjualan yang memadai, berperan dalam menunjang efektifitas penjualan.
2. Analisis statistic
Pengujian data hipotesis merupakan suatu cara dalam statistic yang menguji anggapan dasar yang masih bersifat sementara sehingga dapat ditarik kesimpulan statistic menganai diterima atau ditolaknya hipotesisi.
Langkah – langkah yang ditempuh dalam analisis statistic adalah sebagai berikut :
a. Memisahkan setiap jawaban responden sesuai dengan jawaban yang diberikan yaitu Y (ya), R (ragu-ragu), T (tidak)
b. Menjumlahkan total jawaban
c. Membandingkan jumlah jawaban “ya” dengan jawaban kuesioner
d. Membuat presentase perhitungan dengan cara :
Untuk menghitung nilai presentase hasil jawaban para responden menggunakan perhitungan :

ΣJawaban”ya”
100%
ΣJawaban Kuesioner

e. Membuat kesimpulan
Untuk keperluan interprestasi hasil perhitungan presentase, penulis akan menggunakan ketentuan sebagai berikut :
1. 0% - 25%, berarti audit operasional fungsi penjualan tidak berperan dalam menunjang penjualan yang efektif.
2. 26% - 50%, berarti audit operasional fungsi penjualan sedikit berperan dalam menunjang penjualan yang efektif.
3. 51% - 75%, berarti audit operasional fungsi penjualan berperan dalam menunjang penjualan yang efektif.
4. 76% - 100%, berarti audit operasional fungsi penjualan sangat berperan dalam menunjang penjualan yang efektif.

3. Analisis efektivitas penjualan
Penulis melakukan analisis terhadap data dan laporan-laporan produksi yang diperoleh dari perusahaan untuk mendukung pengujian hipotesis analisis deskriptif kualitatif dan analisis statistic. Efektifitas penjualan dicapai jika volume penjualan mencapai target penjualan yang telah ditetapkan. Jika tidak memenuhi kuantitas yang telah ditetapkan penjualan dianggap tidak memenuhi target atau tidak efektif.



3.5 Alat Analisis Yang Digunakan
Alat analisis yang penulis gunakan dalam penilian ilmiah, yaitu dengan menggunakan :
1. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang disisipkan oleh penulis beberapa formulir yang diajukan secara tertulis kepada para pejabat yang berwenang yang terkait dengan masalah yang diteliti.
2. flowchart (Bagan alir)
flowchart (Bagan alir) menggambarkan arus dokumen dalam system dan prosedur disuatu unit usaha, untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flowchart lebih disukai karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan-kelemahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu system dan prosedur.
Berikut simbol-simbol standar yang umum digunakan untuk membuat bagan alir berserta maknanya :
Keterangan :


















2





















Dokumen. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan semua jenis dukomen, yang merupakan formulir yang digunakan untuk merekam data terjadinya suatu transaksi. Nama dokumen dicantumkan ditengah symbol. Contoh dokumen yang digambarkan dengan symbol ini adalah : faktur penjualan, surat order penjualan, cek, bukti memorial, bukti kas keluar (voucher) surat permintaan dan pengeluaran barang gudang, faktur dari pemasok dan bukti kas masuk. Bagan alir harus menunjukan dengan jelas darimana suatu dokumen masuk ke dalam system dan kemana (system lain) dokumen keluar dari system.

Dokumen dan tembusannya. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan dokumen asli dan tembusannya. Nomor lembar dokumen dicantumkan di sudut kanan atas.

Berbagai dokumen. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan bersama di alam satu paket. Nama dokumen dituliskan di dalam masing-masing simbol dan nomor lembar dokumen dicantumkan di sudut kanan atas simbol dokumen yang bersangkutan. Simbol dalam contoh tersebut menggambarkan faktur penjualan lembar ke-3 dilampiri dengan surat order penjualan lembar ke-1 dan surat muat.

Catatan. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen atau


























formulir. Nama catatan akuntansi di cantumkan di dalam simbol ini. Catatan akuntansi yang digambarkan dengan simbol ini adalah : jurnal, buku pembantu, dan buku besar.

Penghubung pada halaman yang sama. (0n page connector). Dalam menggambarkan bagan alir, arus dokumen dibuat mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Karena keterbatasan ruang halaman kertas untuk menggambar, maka diperlukan symbol penghubung untuk memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi lain pada halaman tertentu dan kembali berjalan di lokasi lain pada halaman yang sama. Dengan memperhatikan nomor yang dicantumkan di dalam simbol penghubung pada halaman yang sama, dapat diketahui aliran dokumen dalam system akuntansi yang digambarkan dalam bagan alir.


Akhir arus dokumen dan mengarahkan pembaca ke simbol penghubung halaman yang sama yang bernomor seperti yang tercantum di dalam simbol tersebut.

Awal arus dokumen yang berasal dari simbol penghubung halaman yang sama, yang bernomor seperti yang tercantum di dalam simbol tersebut.

Penghubung pada halaman yang sama (off-page connector). Jika untuk menggambarkan bagan alir suatu system akuntansi diperlukan lebih dari satu halaman, simbol ini harus digunakan untuk menunjukan kemana dan bagaimana bagan alir terkait satu dengan lainnya.













Via
pembeli





















Nomor yang tercantum didalam simbol penghubung menunjukan bagaimana bagan alir yang tercantum pada halaman tertentu terkait dengan bagan alir yang tercantum pada halaman yang lain.

Kegiatan manual. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan kegiatan manual seperti : menerima order dari pembeli, mengisi formulir, membandingkan, memeriksa dan berbagai jenis kegiatan klerikal yang lain. Uraian singkat kegiatan manual dicantumkan di dalam simbol ini.

Keterangan, komentar. Simbol ini memungkinkan ahli system menambahkan keterangan untuk memperjelas pesan yang disampaikan dalam bagan alir.



Arsip sementara. Simbol ini digunakan untuk menunjukan tempat penyimpanan dokumen, seperti alamri arsip dan kotak arsip. Terdapat dua tipe arsip dokumen : arsip sementara dan arsip permanent. Arsip sementara adalah tempat penyimpanan dokumen yang dokumennya akan diambil kembali dari arsip tersebut di masa yang akan datang untuk keperluan pengolahan lebih lanjut terhadap dokumen tersebut. Untuk menunjukan urutan pengarsipan dokumen digunakan simbol berikut ini :

A = Menurut abjad
N = Menurut nomor urut
T = Kronologis, menurut tanggal





















Ya


Tidak





Arsip permanent. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan arsip permanent yang merupakan tempat penyimpanan dokumen yang tidak akan diproses lagi dalam system akuntansi yang bersangkutan.

Online computer process. Simbol ini menggambarkan pengolahan data dengan komputer secara on-line. Nama program ditulis di dalam simbol.

Keying (typing, verifying). Simbol ini menggambarkan pemasukan data ke dalam computer melalui on-line terminal.

Pita magnetik (magnetic tipe). Simbol ini menggambarkan arsip komputer yang berbentuk pita magnetic. Nama arsip ditulis di dalam simbol.

Online storage. Simbol ini menggambarkan arsip komputer yang berbentuk on-line (di dalam memory komputer).

Keputusan. Simbol ini menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengolahan data. Keputusan yang dibuat ditulis di dalam simbol.

Garis alir (flowline). Simbol ini menggambarkan arah proses pengolahan data. Anak panah tidak digambarkan jika arus dokumen mengarah ke bawah dan ke kanan. Jika arus dokumen mengalir ke atas atau ke kiri, anak panah perlu dicantumkan.








Dari pemasok





Ke system
penjualan Persimpangan garis alir. Jika dua garis alir bersimpangan untuk menunjukan arah masing-masing garis, salah satu garis dibuat sedikit melengkung tepat pada persimpangan ke dua garis tersebut.

Pertemuan garis alir. Simbol ini digunakan jika dua garis alir bertemu dan salah satu garis mengikuti arus garis lainnya.

Mulai/berakhir (terminal). Simbol ini untuk menggambarkan awal dan akhir suatu system akuntansi.

Masuk ke system. Karena kegiatan di luar system tidak perlu digambarkan dalam bagan alir, maka diperlikan simbol untuk menggambarkan masuk ke system yang di gambarkan dalam bagan alir.

Keluar ke system lain. Karena kegiatan di luar system tidak perlu digambarkan dalam bagan alir, maka diperlukan simbol untuk menggambarkan keluar ke system lian.



Gambar 1 simbol – simbol standar menggambarkan bagan alir
System akuntansi